Dee (nama pena dari Dewi Lestari) adalah seorang penulis dan
juga penyanyi yang lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Karya Dee yang pertama kali
saya baca adalah novelnya yang saat ini telah diangkat ke layar lebar yaitu Perahu
Kertas. Novel tersebut saya baca ketika duduk di bangku SMP berdasarkan rekomendasi
dari seorang teman. Ketika itu saya belum pernah membaca satu pun hasil karya
Dee. Padahal, buku pertama Dee, Supernova, telah terbit sejak tahun 2001.
Walaupun begitu, Dee tetap berhasil membuat saya terpana
akan kelihaiannya dalam menyusun kata dan melukiskan sebuah cerita dengan
begitu ajaibnya. Perahu Kertas sukses membuat saya membacanya nyaris tanpa jeda
hingga sampai di akhir cerita. Begitu pula dengan karya Dee setelahnya, sebuah
kumpulan prosa yang berjudul Madre.
Ibarat sebuah medan magnet, Dee berhasil menarik saya untuk
membaca lebih banyak hasil karyanya. Saya memutuskan untuk memulai dengan
kumpulan cerita dan prosa yang telah diterbitkan sebelum Madre.
Filosofi Kopi.
Mendengar judulnya saya menduga bahwa tulisan Dee yang satu
ini jika dirasakan dengan lidah pastilah akan terasa nikmat, sama halnya dengan
secangkir kopi. Kebetulan, Filosofi Kopi sedang dicetak ulang sehingga untuk
menemukan buku ini tidaklah sulit.
Cerita pertama, yang berjudul sama dengan judul bukunya,
menceritakan tentang perjalanan seorang pecinta dan peracik kopi menemukan kopi
dengan rasa yang paling sempurna. Untuk para pembenci kopi sekalipun, cerita
ini akan tetap membuat mereka menyukainya karena Dee menggambarkan cerita ini
dengan kata-kata yang tidak rumit. Alurnya pun mudah dimengerti. Di ujung
cerita, Dee membuat saya menyadari bahwa kesempuraan itu sesungguhnya dapat
ditemukan dibalik sebuah kesederhanaan.
Kata demi kata, halaman demi halaman saya baca dengan
keterpanaan yang masih sama besarnya seperti dulu saya membaca karya Dee untuk
pertama kalinya.
Tengoklah ‘Spasi’ yang terdapat di dalam buku ini. Indah,
sederhana, dan mengena. Itulah yang saya rasakan ketika pertamakali membacanya.
Hal kecil seperti ‘Spasi’ tidak luput dari gagasan yang ada di dalam kepala Dee.
Diinterpretasikan olehnya, dan disuguhkan dengan susunan kata yang luar biasa
indah.
Dalam kumpulan cerita dan prosa ini, dapat kita lihat bahwa
Dee adalah orang yang sangat peka dengan hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Kemampuannya
berpikir secara filosofis tidak dapat diragukan lagi. Mulai dari kopi yang
sebagian dari kita minum setiap hari, hingga kecoak yang menjijikan untuk
sebagian besar manusia, semuanya diramu dengan sangat cerdas dan dituturkan
dengan bahasa yang tidak rumit. Makna dari sesuatu yang terlihat biasa, dibuat
mendalam oleh seorang Dee.
Kepekaan sosial, keingin tahuan, kecerdasan, pemahaman,
kreatifitas yang luar biasa, semua itu seperti biji-biji kopi yang dihasilkan
oleh Pohon Dee. Kemudian digiling, diseduh dan akhirnya dapat dinikmati oleh
para pembaca.
Menyeruput (atau dalam konteks ini mungkin membaca)
secangkir ‘Filosofi Kopi’ racikan Dee membuat saya berpikir, seberapa jauh saya
telah memaknai hal-hal yang terjadi di dalam hidup ini?
No comments
Post a Comment