Akhirnya terjawab sudah pertanyaan gue selama ini. Kalau ada Olimpiade Sains Nasional, kenapa
nggak ada Olimpiade Seni Nasional? Tentunya penyelenggaraan lomba seni
nggak bisa disamain sama olimpiade sains karena seni itu kan limitless dan nggak ada aturan pastinya,
nggak kayak matematika atau ipa. Tapi, seni juga lah yang memberikan
kesimbangan. Kalau nggak ada yang nggak pasti di dunia ini, berarti pasti itu
sendiri juga nggak bakalan ada kan? Karena gue percaya semua diciptakan untuk
menyeimbangkan satu sama lain, supaya nggak berat sebelah.
Nah, entah guenya yang emang kurang mencari informasi, atau
emang acaranya yang kurang publikasi, ternyata pemerintah udah nyelenggarain
sebuah acara Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional atau bisa kita singkat saja
menjadi FLS2N. FLS2N ini udah lima tahun diadain, pesertanya seluruh
siswa-siswi Indonesia. Mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, bahkan SLB pun bisa
ikut serta. I mean, ini sama besarnya
sama OSN dan O2SN itu tapi kenapa gue baru tau ya?
Awal keikutsertaan gue dalam lomba ini pun bisa dibilang
kebetulan. Kota di mana gue tinggal menunjuk sekolah gue buat ngirim dua orang (putra
dan putri) buat ikut lomba desain poster. Bu Jaenab, guru TIK, awalnya nunjuk
kak Hanif yang emang udah dewa dalam dunia desain-mendesain. Tapi karena hari H
lomba bertepatan dengan pengumuman SNMPTN maka kak Hanif pun mengajak anak
kelas sebelas buat menggantikan dia ikut lomba ini. Pas kak Hanif nawarin gue
buat ikut, gue masih bertanya-tanya lomba apa ini sebenernya. Keliatannya
sangat serius. Tapi gue pikir juga apa salahnya dicoba jadi gue memutuskan
untuk ikut. Meskipun kemampuan gue dalam bidang desain-mendesain ini belum
sedewa kak Hanif hehe. Kak Hanif juga ngajak beberapa cowok-cowok desain kelas
sebelas tapi in the end yang ikut itu
si sobat sejati Abrar.
Setelah browsing-browsing barulah gue tau lomba apa ini
sebetulnya. Jadi di FLS2N ini ada beberapa cabang lomba yang lainnya selain
desain poster. Ada seni membaca Qur’an (MTQ), drama singkat, menyanyi solo,
seni kriya, seni tari, ada juga baca dan tulis puisi. Dan yang bakal gue ikuti
ini masih tingkat provinsi. Abrar bilang final lombanya bakalan diadain di
Mataram. Iya, yang di NTB itu. Wah, kontan gue dan Abrar pun jadi semangat.
Setelah beberapa kali dilatih sama kak Hanif yang udah dewa itu, dan juga
dibantuin cari ide sama temen-temen yang lain such as Dewi, Bujang, Arif, akhirnya tiba juga hari perlombaan.
Jadi tuh, tata cara lombanya gini… Gue dan Abrar diharuskan membuat sebuah poster
boleh dengan photoshop ataupun corel. Ukurannya juga ditentuin. Temanya (kurang
lebih) adalah “Perilaku negatif remaja yang bersifat kontraproduktif terhadap
pembangunan karakter bangsa”. Yak mungkin terdengar sangat panjang dan riweuh
padahal intinya sih ya perilaku negative remaja kayak narkoba, tawuran, dan
teman-temannya. Poster dibuat pas lomba dan kita dikasih waktu lima jam. Laptopnya
bawa sendiri. Kalau untuk stock images
boleh disiapin dari rumah. Lombanya diadain di Green Hill di suatu tempat di
daerah perpuncakan. Dan lombanya tiga hari. Well
lombanya sih Cuma sehari tapi di hari pertama ada technical meeting, hari kedua baru lombanya. Kalau hari ketiga itu
pengumuman lomba.
Oh iya, tadi kan gue udah jelasin kalau ada cabang lomba
yang lainnya. Semua lomba-lomba ini harusnya diselenggarain di tingkat kota
dulu, abis itu baru tingkat provinsi kemudian tingkat nasional. Tapi nggak tau
juga kenapa kota yang gue tinggali ini belum pernah ikut FLS2N sebelumnya. Baru
tahun ini. Maka si kota pun nggak nyelenggarain seleksi tingkat kota dan
langsung menunjuk sekolah-sekolah yang ada di kota ini untuk berpartisipasi.
SMA 6 untuk MTQ, SMA 2 untuk drama singkat, SMA 4 untuk seni tari, SMA 3 untuk
bacan tulis puisi, SMA untuk seni kriya,
dan sekolah gue untuk desain poster.
Tanggal… aduh tanggal berapa ya itu gue lupa (-_- ).
Pokoknya pada hari Senin itu kami kontingen Depok pun berangkat ke daerah
perpuncakan. Singkat cerita, tiba jugalah hari di mana gue harus menghasilkan
suatu poster untuk dilombakan. Cukup deg-degan karena di lomba ini mewakili
kota Depok tapi jiwa ke-enjoy-an gue mengatakan untuk tetap enjoy. Tapi tetep
aja, pas lagi lomba gue mencuri-curi pandang ke arah laptop peserta lain untuk
melihat gambaran poster yang mereka buat.. dan matilah gue, semuanya jago-jago.
Yang disebelah gue apalagi. Sudah sangat lihai menggambar dengan vektor-vektor
yang cukup sulit gue taklukan itu. Untunglah jiwa ke-enjoy-an gue tetap enjoy
mengerjakan poster dengan ide yang sudah ada sampai akhirnya selesai dan dikumpulkan.
Sebetulnya cukup puas dengan apa yang sudah gue buat. Tapi begitu liat poster
yang lain… langsung minder. Maka gue pun tidak mengharapkan menang karena ya
wajar lah emang pada jago semua.
Setelah lomba poster selesai gue dan Abrar pun melihat-lihat
lomba lainnya yang belum selesai (jadi setiap cabang diadain di tempat yang
beda tapi tetep di lokasi yang sama). Lomba nari, ya ampun. Bagus-bagus.
Ternyata tarian bisa bikin merinding juga loh. Yang paling keren lomba drama.
Parah keren banget. Jadi kan ada tuh peserta yang dari Lembang. Pas mereka lagi
tampil, setting ceritanya itu kayak di sawah dan pas gue tonton drama itu..
ruangan lombanya beneran bau sawah. Iya, bau tanah yang basah kena air.
Aktingnya juga bagus-bagus. Empat jempol lah buat anak-anak teater. Aduh, kalau
lihat lomba FLS2N ini, terharu rasanya lihat anak-anak Indonesia punya bakat
seni yang luar biasa….
Keesokan harinya tibalah pengumuman lomba. Seperti yang
sudah gue bilang tadi gue nggak mengharapkan menang, bener-bener udah pesimis.
Meskipun mungkin di hati yang paling dalam
sebetulnya gue juga berharap bisa menang. Tapi yang jelas gue udah siap
buat kalah. Dan gue berdoa mudah-mudahan Abrar menang biar bisa minta oleh-oleh
dari Mataram (?) Huehehe. Tapi takdir berkata lain saudara-saudara. Ketika juri
membacakan pemenang lomba desain poster putri, juara tiganya.. bukan, bukan
gue. Juara duanya… bukan gue juga. Yak, bener berarti gue emang nggak menang.
Terus juara satunya… peserta nomer delapan! Apakah peserta nomer delapan adalah
gue? Semuanya hening. Gue diam… dan kayak salah satu scene yang sering ada di sinetron itu Abrar teriak “SILMI!!!”. Gue
masih diam. Yang lain nyuruh gue maju. Gue maju, gemeteran. Is this for real? Ingin rasanya menampar
pipi gue sendiri. Sampai pulang pun gue masih bertanya-tanya apakah ini semua
nyata atau hanya ilusi belaka….
-Bersambung.
(Kalau bahasa kerennya sih, to be continued).
Wow.Menggugah banget sil postingannya,membuka perspektif & optimisme kalau generasi muda emang sangat berpotensi dalam sisi non-akademisnya ya,salut
ReplyDeleteHehehe cuma sharing aja padahal, bahasanya juga ngasal gini hehe
ReplyDeletekeren sekali silmi :)
ReplyDeleteAduh jadi terharu nih dikomen sama penulis cerbung. Hehehe makasih ya stel! :-D
ReplyDelete