12.09.2016

Rekomendasi Rabu: Morfem

Iya saya tau, ini bukan hari Rabu. Tapi gimana dong saya lagi pengen nulis. Terus udah terlanjur bikin segmen Rekomendasi Rabu, kalau judulnya diganti jadi Rekomendasi Jumat, rasanya kurang pas. Jadi gakpapa ya, biarkan saya curang sedikit hari ini.


Rasa suka, sungguh subjektif dan tidak bisa diterka. Ada yang bisa langsung suka saat pertamakali jumpa, ada juga yang harus mengenal lebih jauh dan banyak bertatap muka. Sama halnya ketika mendengarkan musik. Ada lagu-lagu yang secara instan saya suka pada pendengaran pertama, ada juga yang perlu saya dengar beberapa kali, bahkan harus saya lihat dulu penampilan langsungnya. Morfem ini adalah kasus yang ketiga.

Sudah dibentuk sejak tahun 2009 dan mengeluarkan album pertamanya pada tahun 2011, tentu rekomendasi saya hari ini bukan lah hal baru untuk mereka yang memberi perhatian khusus pada perkembangan kancah musik lokal. Membaca judul tulisan ini, mungkin banyak yang akan berkata dalam hati "Yaelah ke mana aja lau baru ngerekomendasiin Morfem sekarang." Saya sendiri juga bingung, ke mana saja saya selama ini.

Kalau boleh memberi sedikit pembelaan, gempuran internet dengan segala kemudahan informasinya seringkali membuat saya terdistraksi, menyerap terlalu banyak informasi namun hanya memahami kulit-kulitnya saja. Mendengarkan lagu baru hampir setiap hari, tanpa benar-benar memahami dan meresapi lirik yang terkandung di dalamnya. Banyak hal yang pada akhirnya hanya duduk manis dalam deretan bookmarks tanpa pernah saya baca lagi di kemudian hari. Banyak lagu yang akhirnya hanya lewat kuping kanan keluar kuping kiri, tanpa benar-benar saya simpan dalam kepala.

Hmm sepertinya saya akan membuat tulisan lain, khusus membahas perjalanan saya menyelami dunia permusikan haha sekarang mari kita kembali pada band yang akan saya sorot kali ini. Saya ingat dulu adik saya membeli album pertama Morfem, Indonesia, di tahun yang sama ketika album tersebut dirilis. Pada masa itu, saya dan adik saya cukup rajin membeli rilisan-rilisan fisik untuk kemudian kami rip dan kami bagikan ke tetangga. Nggak deng. Setelah di-rip ya disimpan saja lalu didengarkan. 'Indonesia' sempat saya dengarkan berkali-kali dengan 'Gadis Suku Pedalaman' dan 'Tidur Dimanapun Bermimpi Kapanpun' menjadi dua lagu yang paling menempel dalam ingatan. Namun, saat itu saya masih merasa b aza ya kan, terhadap apa yang saya dengar. Oh enak, tapi masih terdengar asing karena waktu itu referensi lagu yang saya dengar juga belum banyak. Yaudah gitu aja. Saya pun tidak mengamati perjalanan Morfem selanjutnya.


Video resmi 'Tidur Dimanapun Bermimpi Kapanpun', diunggah 15 Juni 2011.

Detik demi detik berlalu, menit demi menit berganti, jam, hari, minggu, bahkan tahun, hingga akhirnya sampai lah kita di tahun 2016. Morfem sudah mengeluarkan 'Hey, Makan Tuh Gitar!' di tahun 2013, 'Sneaker Fuzz EP' di tahun 2014, serta merilis beberapa single mulai dari Seka Ingusmu, Jungkir Balik, hingga Tersesat Di Antariksa.

Lima tahun (iya lima tahun, kalau kuliah itu sih udah lulus harusnya) berselang sejak pertamakali mendengarkan Morfem, akhirnya saya mendapat kesempatan untuk menyaksikan penampilan mereka secara langsung. Saya memang nggak sering-sering banget juga sih nonton pertunjukkan musik. Dan dari semua yang saya tonton dalam lima tahun itu, nggak ada satupun yang menyuguhkan Morfem sebagai bintang tamunya. Selain itu, karena awalnya saya merasa b aza, saya pun tidak mencari di panggung mana saja mereka akan beraksi.

Adalah Synchronize Festival 2016 yang membangunkan saya dari kealfaan saya selama ini. Melihat nama Morfem ada di salah satu panggung, saya memutuskan untuk (akhirnyaaa) menyaksikan band yang sempat saya dengar sedikit bertahun-tahun yang lalu. Sampai di area panggung, Om Jimi dan kawan-kawan sedang mengumandangkan 'Tidur Dimanapun Bermimpi Kapanpun'. Karena itu adalah salah satu lagu yang paling saya ingat, tentu saja saya ikut bernyanyi, nggak mau kalah sama suara perempuan di belakang saya (meskipun saya cuma hafal bagian reff-nya hahaha). Setelah itu Morfem juga membawakan lagu-lagu lain yang saya lupa persisnya apa (duh kenapa ingatan saya buruk ya). Di antaranya ada 'Rayakan Pemenang', terus ada juga 'Do You Remember Rock N Roll Radio'-nya Ramones dengan Rekti The Sigit dan Farid FSTVLST ikut naik ke atas panggung.

Morfem di atas panggung Synchronize Fest. Sumpah, pas di sini saya baru sadar,
"Ooooh Pandu yang di The Adams. Oooh om Jimi yang The Upstairs."
Ke mana aja sih sil???

Dalam beberapa menit yang saya lewati untuk menyaksikan band ini, kepala saya seperti berteriak sambil meloncat-loncat, "Suka! Suka! Suka!". Ketika itu juga, saya baru menyadari siapa saja anggota Morfem hahahaha karena selama ini benar-benar hanya dengar album pertama, tanpa memperhatikan hal-hal lain seperti lirik lagu bahkan anggotanya. Sejak hari itu, saya pun mencari tahu lebih banyak tentang Morfem dan lagu-lagunya.

Kebetulan, tahun ini Morfem baru saja merilis album baru mereka bertajuk 'Dramaturgi Underground'. Kebetulan juga, beberapa minggu berselang setelah Synchronize Fest, ada perusahaan rokok yang menggelar acara musik dengan Morfem x The Brandals sebagai salah satu line up-nya. Ingin kembali merasakan perasaan "Suka! Suka! Suka!" seperti yang saya rasakan sebelumnya, saya pun bertolak ke Ibu Kota. (Oh iya mereka juga sempat mengadakan pesta rilis album tapi sepertinya ketika itu saya sedang tidak bisa ke Jakarta).

Kebetulan lagi, di acara tersebut saya mendapat backstage pass dari Oomleo dan RuruRadio karena iseng-iseng ikutan #KurasiMural. Meskipun masih jadi anak kemarin sore dalam menyelami dunia Morfem, dengan semangat 45 saya berniat untuk membeli album Dramaturgi Underground dan melegalisirnya ketika masuk ke backstage nanti. Saya sempat bolak-balik ke booth Omuniuum yang hadir di Gudang Sarinah ketika itu untuk menanyakan "A, cd Morfem yang baru udah ada belum?", yang kemudian dijawab "Belum neng, cd-nya masih di backstage". Sayangnya, saya baru sempat ke backstage setelah Oomleo tampil, jadi tidak sempat membeli cd dan legalisir, tapi sempat foto bareng yayyyy hehe lumayan untuk kenang-kenangan. (Oh iya saya tidak akan membahas penampilan Morfem x The Brandals malam itu hehe karena seperti biasa mereka tampil menyenangkan).

Terimakasih om-om Morfem dan The Brandals yang mau diajak foto bareng remaja-remaja
(eh udah gak remaja kayaknya sil) yang haus akan eksistensi ini.

Sekarang, kalau saya pikir-pikir lagi, kenapa lagu Morfem baru benar-benar kena di hati (cailah) saya sekarang-sekarang ini, kenapa saya baru bisa merasa "Suka! Suka! Suka!" setelah lima tahun berselang, bisa jadi karena.. saya yang sekarang merupakan kumpulan saya di masa lalu. Aku yang dulu bukan lah yang sekarang~ Kecrek kecrek~

Waktu SMP-SMA, lagu apa sih yang sering saya putar? White Shoes, Mocca, RAN, Maliq, Owl City, bahkan Justin Bieber. Jarang sekali saya mendengarkan lagu-lagu yang agak keras. Paling keras juga Killing Me Inside dengan Torment-nya hahahaha. Weezer juga saya belum pernah dengar waktu itu.. Huhu. Makin ke sini, saya mencoba untuk memperkaya referensi dengan mendengarkan berbagai macam genre mulai dari hip-hop sampai dangdut, dari tahun 90an sampai 60an, sehingga preferensi saya akan musik yang bisa membuat saya merasa "Suka! Suka! Suka!" juga berubah dibanding lima tahun yang lalu.

Ya, sepertinya itu kesimpulan dari post kali ini. (Loh jadi ini ngebahas Morfem atau apa sih???) Selain itu, kalau dipikir juga, "semua akan indah pada waktunya" itu benar adanya ya. Coba kalau saya udah nonton Morfem langsung sebelum lima tahun ini, rasanya pasti nggak akan sama dan belum tentu akan se-'indah' pertemuan di Synchronize Fest kemarin itu.

Hehe oke kembali ke Morfem, setelah mendengarkan dua album dan dua EP mereka, album favorit saya adalah.. eng ing eng, selamat buat Dramaturgi Underground! Kamu berhasil menjadi album terbaik pilihan saya. Karena semua lagunya menurut saya gila sih. Apalagi yang Metode Organik Rasakan Fase Embrionik Manusia, sekali denger langsung hafal liriknya. 'Tersesat Di Antariksa' juga saya sangat suka. Tanpa harus bermanis-manis, ini lagu kenapa bisa romantis banget yak? (Maaf agak Betawi, maklum Depok dekat dengan Jakarta). Ditambah lagi cover lagu rumahsakit favorit jutaan umat manusia berjudul 'Kuning' juga ada di album ini. Bukan cuma itu, setiap lagu dilengkapi dengan illustrasi karya seniman-seniman jempolan, semakin menambah keistimewaan album ini. Menurut saya, album ini layak masuk ke dalam daftar Album Lokal Terbaik 2016. (Kalau ingin baca review Dramaturgi Underground yang lebih terpercaya dan menyeluruh, silakan klik klik dua website ini. Future FolkSurnalisme).

Okeee. Matahari sudah bersinar, berarti sudah waktunya untuk saya tidur. Pokoknya, mulai sekarang saya harus lebiiiih menyeluruh dalam menyerap sesuatu, entah itu musik, berita, ilmu, atau apa pun yang saya dapat dari internet dan lingkungan sekitar. Setuju, setuju? Jangan lupa untuk setia membeli album lokal, dukung terus musik Indonesia, dan Salam Olahraga!


No comments

Post a Comment

© Silly Me
Maira Gall