9.26.2014

Semester Dua Sudah Berlalu

(Meskipun ini sebenarnya sudah sangat basi, tapi ngga apa ya. Setidaknya ada sesuatu yang bisa saya baca kalau udah lulus nanti.)

Percaya ngga percaya, meskipun sedih tapi ada senangnya juga, kehidupan TPB saya telah berakhir. Ya, dua semester yang penuh cerita itu telah saya lewati. Dengan.. sukses kah? Kalau parameter kesuksesannya adalah kenangan-kenangan lucu dan banyak pengalaman baru, yah, mungkin bisa dibilang I passed.

Pameran TPB. Foto diambil oleh Fildzey.




So.. where do I have to start? Banyak banget yang bisa diceritain di semester dua ini sampai bingung harus mulai dari mana. Akademis dulu aja kali ya. Well..hahahaha (ceritanya lagi ngetawain diri sendiri). Semester dua ini masih harus berkutat dengan nirmana-nirmana cantik dan gamtuk serta konstruk. Ditambah dengan mata kuliah umum seperti Tata Tulis Karya Ilmiah, Pengenalan Teknologi Informasi, dan PRD II. Beda dari PRD di semester sebelumnya, di PRD II ini kelasnya digabung sama anak-anak dari fakultas lain; SBM dan SAPPK. Lumayan menambah kenalan.

Di semester dua ini lah saya kewalahan membagi waktu. Tugas di sana-sini, gawean juga datang silih berganti. Bukan cuma gawe wisuda tapi juga proyekan-proyekan dari fakultas lain kayak waktu itu saya diminta tolong buat ngedesain porposal dan semacamnya. Tapi dibayar kok haha terus senang karena waktu itu pertama kalinya dapet pesenan ngedesain dan dibayar, bukan cuma diminta tolongin aja haha.

Di semester dua ini juga saya hampirr saja mendapatkan nilai E alias nilai paling jelek, alias nilai yang bakalan bikin saya ngulang mata kuliah itu di semester selanjutnya untuk matakuliah TTKI. Tapi alhamdulillah berkat dukungan teman-teman, om, tante, paman, bibi, sanak saudara, saya berhasil memperbaiki nilai tersebut dan tidak jadi mengulang kelas. Sekali lagi alhamdulillah.

Dari pengalaman ini saya berjanji untuk tidak lagi menyepelekan mata kuliah umum. Janji kelingking.

Di luar pengalaman akademis, ada pengalaman wisuda dua yang sampai saat ini masih bisa bikin saya senyum sendiri kalau diinget-inget lagi. Di wisuda dua saya terdaftar sebagai anggota divisi souvenir. Banyak susah dan senang yang saya dan teman-teman saya lewati tapi syukurlah hari H berjalan lancar dan maniiis seperti namanya, Sugaraptor.


Selain gawe wisudaan di semester dua ini juga ada gawe The Stalker (proyek film pendek yang sebelumnya pernah saya singgung sedikit di post tentang semester satu) yang nggak kalah seru. Jadi sebenernya The Stalker itu apa siih? The Stalker itu proyek film pendek yang awalnya digagas oleh kak Adriano Rudiman (kak Dio for short), kak Anes, kak Danu, kak Artha, dll yang emang udah beberapa kali bikin proyek bareng. Btw mereka juga sempet ada di Malam Minggu Miko looh. Nah kebetulan waktu itu ada kompetisi Buronan Film, sebuah kompetisi film di mana pemenangnya bakalan dikasih modal buat jadiin ide film (berbentuk concept trailer) mereka ke layar lebar. Kak Dio dan kawan-kawan pun memutuskan untuk mengikutsertakan The Stalker dalam kompetisi ini. Oiya kak Dio juga ngajak kak Emil (penyiar HardRock FM dan pernah ikutan main di film layar lebar) untuk berperan sebagai pemeran utama.

 Senangnya bisa ikut The Stalker itu bukan karena bisa dapet pengalaman baru aja tapi juga karena kerja sama kru The Stalker bakalan bikin banyak ketawa. Kenapa? Karena ada kak Artha yang sering jadi kelinci percobaan, ada kak Anes yang sering melontarkan kalimat-kalimat lucu, ada kak Danu yang sekilas terlihat pendiam tapi kalau diliat dari foto-foto beliau di tumblr-nya kak Anes, ternyata dia sama lucunya, ada kak Agha yang berperawakan seram tapi ternyata seorang Brony (fanbase My Little Pony, poni-poni kecil yang lucu itu), ada kak Emil yang kalau kata kak Anes sih, 'lawan main yang sixpack-nya beneran', dan ada kak Dio yang baik banget mau berbagi pengalamannya sama saya dan teman-teman saya yang waktu itu statusnya hanyalah TPB bau kencur, kasta terendah yang bisa ditemukan di Fakultas saya.

Kalau mau tau lebih tentang cerita dibalik pembuatan The Stalker, ini ada Behind The Scene-nya:

Dan hasilnyaaaa, kami menang! Setelah semua usaha untuk menjaring banyak vote, akhirnya kami berhasil mendapatkan vote terbanyak dan menjadi satu dari tiga konsep film yang bakal dijadiin film layar lebar.

(Sebetulnya karena saya baru sempat (baru mood lagi sih lebih tepatnya haha) untuk melanjutkan menulis post ini sekarang, banyak hal yang agak saya lupa dan sepertinya nggak bakal ditulis di sini.)

Lanjut lagi pengalaman selanjutnya. Kalau yang satu ini terjadi di penghujung semester dua. Udah mau libur gitu pokoknya apa udah libur ya? EH hampir lupa, tarik mundur sedikit sebelum pengalaman yang saya maksud itu. Ada...pameran! Pameran TPB yang rutin diadain setiap tahun. Kami para TPB mengumpulkan semua karya terbaik kami dan memajangnya dalam satu ruangan Aula Timur. Pameran TPB 2013 kali ini bertajuk Koma Tiga Titik. Ngga perlu saya jelasin lah ya filosofi namanya, nanti kalian pada ngantuk. Saya kasih liat posternya aja yaa.


Pameran ini merupakan salah satu tahap yang harus kami lewati sebelum penjurusan di tingkat dua. Jadi karya-karyanya bakal dikelompokin sesuai prodi yang kami mau. Dan ngeliat semua hasil karya temen-temen seangkatan...saya merasa insecure. Bagus-bagus bangeeet. Langsung ngerasa...da aku mah apa atuuuuh? Apalagi waktu itu prodi pilihan pertama saya adalah DKV yang isinya anak-anak ambis rajin dengan karya-karya super bagus, rapi, dan punya ciri khas.

Sempet ge a el a u bingits melihat semua itu. Sempet nyanyi-nyanyi lagunya Afgan yang Jodoh Pasti Bertemu itu, sempet. Dan yaaa pada akhirnya saya dan DKV memang bukan jodoh. Mungkin saya memang harus mempelajari hal lain dan keluar dari zona nyaman saya selama ini. Lagipula, sejak SMA saya sudah mulai tertarik untuk merancang ruang. Selamat datang di dunia interior! Semoga bisa jadi orang yang rapi dan presisi.

Oh iya, sebelum masuk ke jurusan, kita mundur dulu sedikit ke satu momen yang terjadi sebelum saya mulai kuliah lagi. Apa itu? Di bulan Agustus kemarin ada yang namanya OSKM, Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa, satu ajang kaderisasi terbesar di kampus ITB. Awalnya saya cuma iseng-iseng aja daftar jadi panitia, pengen nyobain diklatnya soalnya haha. Pengen kenalan sama banyak orang juga. Akhirnya diklat demi diklat pun saya ikuti. Ternyata hidup bisa jadi lebih seru hanya dengan mempelajari hal-hal baru. Dengan ikut diklat saya jadi mengenal budaya kaderisasi ala anak teknik, apa itu push up dua seri, interupsi, danlap, dan lain sebagainya yang sebenernya saya dapet juga pas kaderisasi fakultas, tapi cara dan namanya agak beda. Niat saya yang tadinya cuma iseng mulai bergeser jadi niat untuk belajar. Dan dari belajar itu muncul niat untuk berbagi, dan itu lah mengapa saya memilih untuk menjadi panitia lapangan divisi mentor. Seru-seru capek gitu deh jadi panitia OSKM.

Lanjutt ke detil dari persoalan jurusan... Jadi pada awalnya gue sempet galau gitu milih dkv atau desain interior. Terus karena pas ngerjain konstruk gue kadang merasa pusink, maka gue pun memilih untuk memilih dkv sebagai pilihan pertama di kuesioner jurusan yang gue isi. Selain itu alasan gue adalah gue udah gak terlalu asing dengan dunia desain grafis, udah zona nyaman gue lah. Tapi ternyata ol.akademik berkata lain, situs tersebut (eh bukan situsnya sih ya gak tau siapa persisnya) menempatkan gue pada program studi desain interior.

Sedih? Nggak juga sih haha sedih siih ya tapi cuma sedikit banget lah. Lagipula ternyata setelah beberapa minggu ini gue masuk, gue menemukan lagi ketertarikan gue terhadap desain interior seperti gue tertarik padanya waktu SMA dulu. Dan ternyata banyak banget yang bisa gue pelajari dengan mempelajari desain interior. Mulai dari material, psikologi, mekanikal dan elektrikal, sains, seni, wuah banyak lah pokoknya. Dan ternyata lagi hubungan antara manusia dengan ruang itu menariik. Gimana caranya biar manusia (yang hidup) dengan ruangan (yang nggak hidup) bisa berdialog? Gimana caranya menghidupkan sebuah ruang, 'meniupkan ruh' ke dalam ruangan agar ia bisa hidup dan berdialog dengan manusia? Itu semua bakal gue pelajari di program studi ini.

Jadii, daripada menyesal ataupun bersedih karena nggak dapet dkv, lebih baik gue bersyukur dan belajar sebanyak-banyaknya di interior ini. Mungkin untuk detil lebih lanjutnya tentang jurusan ini akan gue ceritakan lagi nanti.

Btw, ini sedikit harapan untuk semester yang baru ini:




No comments

Post a Comment

© Silly Me
Maira Gall