2.13.2017

Semester Tujuh Sudah Berlalu

.
Semester tujuh, masih berani banyak tidur :-(
"Nilai udah keluar semua yak," ujar seorang teman di grup angkatan jurusan. Yak. Dengan keluarnya semua nilai untuk semester ini, resmi sudah semester ini berakhir. Semester Tujuh. Percaya nggak percaya, tinggal tersisa satu semester lagi untuk saya berkuliah di Institut (yang katanya sih, teuing bener apa ngga) Terbaik Bangsa ini.

Semester ini, saya nggak ngambil banyak mata kuliah, berhubung mata kuliah pilihan sudah saya ambil di semester-semester sebelumnya. Dengan total 13 SKS, ada empat mata kuliah yang mewarnai kehidupan saya (hampir) setiap harinya. Biar pun cuma empat, ternyata banyak sekali yang saya pelajari dan setelah ditulis ternyata panjang juga ya..

Kerja Praktek (KP)
Mata kuliah satu ini saya jalani saat libur semester genap menuju semester ganjil yang kalau ditotal berjumlah hampir tiga bulan. Awalnya sempat bingung, mau ambil KP di Bandung atau Jakarta? Setelah menimbang-nimbang akhirnya saya memutuskan untuk KP di Bandung saja hehehe karena Jakarta penuh dengan kemacetan, kepanasan, keramaian, dan kemahalan. :-(

Berbekal aplikasi Instagram, saya mencari tahu konsultan apa saja yang terletak di Bandung dan mengirimkan CV serta portofolio ke semua konsultan lucu yang saya temui. Pencarian panjang saya akhirnya berujung pada satu konsultan lanskap, arsitektur, dan interior bernama Larch Studio. Beruntung mereka masih memiliki satu meja tersisa untuk program internship bulan itu.

Tepat pada tanggal 7 Juni 2017 saya memulai hari pertama saya. Hari itu.. Hmm saya nggak bakal ceritain hari per harinya di sini. Nanti jadinya laporan KP dong, bukan curhatan blog. Oke, skip, next, fast forward, lanjut. Intinya sih, saya senang dan bersyukur banget dapet kesempatan magang di Larch Studio. Kenapa bisa begitu? Agar lebih mudah, saya akan menuliskannya dalam bentuk poin-poin.

1. Di Larch Studio saya berkenalan dengan orang-orang keren yang semuanya tidak beralmamater sama dengan saya dan semakin meyakinkan saya bahwa kuliah di mana itu gak penting, yang penting adalah hasil karya apa yang bisa kamu buat.

Bersama teman-teman sepermagangan dan senpai-senpai yang mengajarkanku banyak hal.

Dari kiri ke kanan, baris pertama paling atas; Cita, mahasiswi ITS yang IP-nya tertinggi seangkatan. Saya, nggak perlu dideskripsikan. Ghina, yang waktu itu sedang galau masalah percintaan. Cewek keren yang bisa nyetir sendiri ke Jakarta. Kak Aden, bassist Hollywood Nobody yang pernah manggung di Bisik-Bisik Tetangga hahah. Sasa, dikenali oleh bos karena gerakan 'kipas-ketek'.

Baris kedua: Teh Devita, yang kakinya lebih kecil dari saya. Teh Anne yang bisa main musik juga, suka collab sama ka Aden, dan ternyata umurnya sama kaya saya. Indah, yang sempet ngekos deket banget sama kantor. Tsani, suka masak dan bikinin cilok rebus untuk anak-anak sekantor. Ka Komeng, yang ternyata suka nonton drama Korea. Kak Oda, yang karyanya keren-keren, kakinya kecil tapi makannya super banyaak.

Baris terdepan: Kak Ee, nakal tapi tampan, sekarang memelihara ular. Kak Sem, desainer kesayangannya Andien, karyanya bagus-bagus banget saya selalu sukaa.

2. Kantor yang bikin betah. Kantor Larch Studio sangat homey dan nilai kekeluargaannya sangat terasa. Bahkan saya malah merasa senang ketika ada kerjaan yang belum beres dan terpaksa menginap di kantor.

3. Awalnya, saya tidak yakin apakah saya akan tahan bekerja dalam sebuah kantor karena dalam bayangan saya, kerja kantoran akan sangat kaku dan membosankan. Larch Studio membuktikan bahwa dugaan saya salah.

4. Saya belajar banyak mengenai praktek kerja langsung di lapangan dan merasa bahwa apa yang saya pelajari selama ini di kampus hanya lah sebagian kecil, sangat-sangat kecil, dari apa yang akan saya hadapi di dunia kerja nanti.

Foto yang tidak kobe karena diminta mengukur bangunan eksisting namun menggunakan meteran saja saya nggak jago :-(

5. Selera yang sama. Mungkin ini terdengar apa banget haha tapi bukan kah salah satu hal paling menyenangkan dalam hidup ini adalah bertemu orang-orang dengan frekuensi yang sama? Bukan cuma dari sisi per-desain-an, dari musik atau lagu-lagu yang diputar di kantor, saya juga suka. Kerjanya juga jadi lebih enak hehehe.

6. Koneksi dan proyek yang keren-keren. Saya sendiri pertamakali lihat instagram Larch dari akun IG milik Andien. Iya, Andien yang belum lama ini melahirkan itu. Ternyata, Larch sempat mengerjakan beberapa proyek dengan penyanyi jazz tersebut. Bukan cuma Andien, banyak lagi selebriti lain yang memercayakan Larch Studio untuk menjadi konsultan proyek mereka. Mulai dari The Sasonos Fam, sampai Dewi Sandra dan Maudy Koesnaidi. Bahkan saya juga berkesempatan untuk ikutan merancang kamar salah satu anaknya Ridho Slank (meskipun ternyata setelah dibikin beneran, banyak kesalahan ukuran yang terdapat dalam desain saya huhu hehe). Saya juga sempat ikutan buka puasa bareng The Sasonos Fam dan mejeng di Instagram mereka, loh. Sungguh suatu pencapaian.


Manajemen Proyek (Manpro)
Lewat mata kuliah yang satu ini mahasiswa diharapkan dapat memahami lebih jauh bagaimana cara menangani proyek interior sesungguhnya. Meskipun nggak sampai dibikin beneran juga, sih. Setelah sebelumnya tidak pernah sekelompok berdua sama Caca, di matkul ini akhirnya kita sekelompok jugaa, hore! Kami diminta merancang sebuah kamar tidur utama dari seorang klien betulan yang bukan hanya fiktif belaka. Terimakasih untuk Khalis dan ibunya yang sudah mau kami kunjungi dan wawancarai untuk tugas ini!


Hasil akhir yang sudah disetujui klien.
Senang sekelompok sama Caca soalnya selera kita sama hahah (lagi-lagi ngomongin selera).


Desain Interior 5 (DI 5)
STUDIO TERAKHIR DALAM HIDUP INI. Setelah melewati empat studio perancangan mulai dari one-room apartment, rumah tinggal, retail space, hingga kantor, sampai lah kita pada studio terakhir! Kali ini saya diminta memilih public space apa yang akan saya rancang, dan memutuskan untuk merancang sekolah dasar karena.. pendidikan itu penting. Yoi gak tuh. Nggak ya? Biasa aja? Yaudah :-(

Meskipun ini studio terakhir, si bodoh ini masih saja mengerjakannya dengan semangat yang sebentar menyala sebentar redup. Tapi alhamdulillah, hasilnya tidak terlalu mengecewakan dan lebih baik dari studio sebelumnya yang bahkan tidak bisa saya masukkan ke portofolio saking buruknya... Kali ini saya juga mencoba sesuatu yang baru dengan tidak membuat maket dan membuat walkthrough sebagai gantinya. Sempat saya post juga di IG hahaha pamer sedikit boleh khan, soalnya ngerender-nya lama banget, enam jam kalau gak salah. Tapi ini juga masih cacat sih sebenarnya. Harus bisa buat yang lebih bagus untuk Tugas Akhir nanti.


A video posted by Silmi Sabila (@salmonelles) on

Pratugas Akhir (Pra-TA)
Eng ing eeeeeng! Ini lah awal dari akhir yang akan saya temui beberapa bulan lagi (amin). Kalau di jurusan saya, Pra-TA ini bakal langsung nyambung sama mata kuliah Tugas Akhir di semester selanjutnya. Awalnya saya sempat berpikir untuk "Bikin skripsi aja kali ya, biar gak usah nge-render?" namun ternyata topik yang ingin saya angkat hasil akhirnya lebih ke perancangan, jadi, pesan saya untuk laptop ini, "Yang kuat ya laptop, kita masih harus nge-render dan bikin gambar kerja lagi semester depan". Semoga si laptop  menerima pesan saya.

Memangnya apa sih, yang mau saya buat untuk TA saya nanti? Berhubung selama kuliah ini saya semakin banyak mencari tahu dan berhubungan dengan dunia musik (meskipun hanya sebagai apresiator dan penikmat saja, bukan sebagai pemain hehe da ga jadi-jadi mau belajar gitar juga), saya memutuskan untuk mengangkat topik permusikan ini, terutama musik di Indonesia. Setelah membaca beberapa artikel, buku, dan bertapa di Gunung Rinjani, akhirnya terlintas dalam benak saya untuk merancang Museum Musik Indonesia. Musik populer lebih khususnya. Kenapa? Karena saya sendiri merasa ada banyak sekali hal-hal yang belum saya ketahui berhubungan dengan musik di Indonesia ini. Setelah saya cari-cari juga, informasi mengenai sejarahnya masih terpencar-pencar. Harapan saya, dengan adanya museum ini, generasi mendatang dapat memiliki akses yang lebih mudah terhadap informasi mengenai perkembangan budaya di negaranya sendiri. Biar lebih bangga dan lebih banyak yang dengerin musik lokal. Biar nantinya kita juga bisa sama-sama merumuskan, musik Indonesia itu yang kaya gimana, sih?

Seperti yang pernah ditulis oleh salah satu penulis dan pengamat musik Indonesia, alm. Denny Sakrie; "Musik adalah jiwa. Mempelajari akar perkembangannya, akan membuat kita lebih menghargai dan memahami maknanya."



Selain perkuliahan, seperti yang juga saya ceritakan di semester sebelumnya, saya masih berkecimpung (halah) dalam hal-hal lain seperti 8EH, Mulyono, dan beberapa hal lain yang menunjang ketertarikan saya terhadap dunia permediaan dan permusikan ala ala ini. Lewat 8EH, saya berkenalan dengan banyak band karena mewawancarai mereka melalui salah satu program siaran. Saya juga belajar bagaimana sulitnya menjadi kepala dari sebuah organisasi (sepertinya saya harus membuat satu postingan khusus untuk hal ini). Lewat Mulyono, saya mulai mendengarkan musik-musik yang belum pernah saya dengar sebelumnya seperti stoner, doom, metal dan menyadari bahwa sebenarnya saya teh pengen juga ikutan moshing! Mungkin nanti saya bakal bikin mosh pit khusus akhwat supaya cewek-cewek bisa moshing dengan aman.

Untuk menutup postingan kali ini, saya ingin berterimakasih pada tahun 2016 kemarin karena darinya saya belajar banyaaaaaaaaak sekali. Mencoba dan mempelajari hal-hal baru, berkenalan dengan orang-orang baru, mendapatkan sudut-sudut pandang baru, hingga mendapatkan masalah-masalah baru, semuanya tentu saja akan membentuk diri saya, semoga saja menjadi pribadi yang lebih baik. Amin.

Terimakasih juga untuk kalian yang masih bertahan membaca curhatan saya sampai akhir. Semoga apa yang kita cita-citakan bisa menjadi kenyataan. Selamat hari Seniiin.

1 comment

© Silly Me
Maira Gall